MENULISKAN TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN

MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Desain Pembelajaran





Dosen Pengampu :
Prof. Dr. MUJIYONO WIRYOTINOYO, M.Pd
Dr. SOFYAN ZAIBASKI, M.Pd


Di susun Oleh :
Kelompok VII

DIAH MAHFIRAWATY S.
M. RASYID RIDHO
RIRIN INDRIANI


PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019

KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini guna melengkapi tugas yang diberikan oleh Prof. Dr. Mujiyono Wiryotinoyo, M.Pd dan juga Dr. Sofyan Zaibaski, M.Pd, selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Desain Pembelajaran. Di samping itu, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini berisi materi tentang “Menuliskan Tujuan Khusus Pembelajaran”.  Tujuan pembuatan makalah ini seperti sudah disebutkan diatas adalah untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Desain Pembelajaran. Di samping itu juga dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca guna mendapatkan wawasan tentang Desain Pembelajaran.
Dari hati yang terdalam, kami mengutarakan permintaan maaf atas kekurangan dalam makalah ini, kami tahu makalah  yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap kritikan, saran, dan masukan yang membangun dari pembaca guna penyempurnaan untuk ke depannya. Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan semoga makalah  ini dapat bermanfaat sesuai dengan fungsinya.



                                                                                      Jambi, 7 Oktober 2019



                                                                                                  Penulis




DAFTAR ISI


                                                                                                            HALAMAN
JUDUL MAKALAH
KATA PENGANTAR................................................................................            i
DAFTAR ISI................................................................................................           ii

BAB I PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang.......................................................................................           1
1. 2. Rumusan Masalah..................................................................................           2
1. 3. Tujuan.....................................................................................................           2

BAB II PEMBAHASAN
2.1.  Pengertian Tujuan Instruksional Khusus  ………………………………          3
2.2.  Syarat- syarat Tujuan Instruksional Khusus    ………………………….          4
2.3.  Klasifikasi TIK Menurut Perilaku Internal (Taksonomi Bloom)  ………          5
2.4.  Komponen- komponen Rumusan Tujuan Instruksional Khusus ……….          5
2.5.  Kata Kerja Operasional …………………………………………………          6
2.6.  Penulisan Rumusan Tujuan Instruksional Khusus   ………………….....          6

BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan……………………………………………………..........            12
3.2. Saran…………………………………………………………….......             12

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………             13






BAB I
PENDAHULUAN


1.1.       Latar Belakang
                     Dilihat dari cakupannya tujuan pembelajaran dipilah dalam dua kategori yaitu Tujuan Umum Pembelajaran atau Tujuan Instruksional Umum dan Tujuan Khusus Pembelajaran atau Tujuan Instruksional Khusus.
                     Tujuan Instruksional Umum (TIU) yang istilah lainnya adalah “goal” atau “terminal objective” ruang lingkupnya luas dan merupakan pernyataan tentang perilaku akhir yang dapat dicapai oleh siswa setelah ia menyelesaikan satu unit pelajaran atau sub pokok bahasan. Jadi luas jangakauannya tergantung pada ruang lingkup kegiatan yang dilakukan. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang istilah lainnya adalah sempit dibanding TIU dan merupakan hasil penjabaran dari TIU dalam bentuk perilaku spesifik dengan kata lain dapat disebutkan bahwa TIK adalah kumpulan dari pernyataan yang lebih sempit dan terinci dibandingkan TIU yang biasanya dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, sehingga memudahkan pengajar dalam mengukur hasil belajar. Dalam proses pembuatan TIK rincian pernyataannya didasarkan pada TIU.
                     Tujuan Instruksional Khusus merupakan lanjutan dari tahap-tahap pengembangan instraksional yang diawali dari mengidentifikasi kebutuhan instruksional dan menulis Tujuan Instruksional Umum (TIU), selanjutnya melakukan analisis instruksional dan mengidentifikasi perilaku karakteristik awal peserta didik lalu setelah itu merumuskan Tujuan Instruksional Khusus. Berdasarkan paparan di atas dapat kita ketahui bahwa Tujuan Instruksional Khusus merupakan salah satu komponen pembelajaran yang sangat penting dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka makalah ini akan membahas bagaimana menuliskan Tujuan Instruksional Khusus.


1.2.  Rumusan Masalah
1.        Apa  pengertian Tujuan Khusus Pembelajaran atau Tujuan Instruksional Khusus  (TIK)?
2.        Apa saja Syarat-syarat  Tujuan Khusus Pembelajaran atau Tujuan Instruksional Khusus (TIK)?
3.        Apa saja klasifikasi TIK menurut perilaku internal
4.        Apa saja Komponen- komponen Rumusan Tujuan Khusus Pembelajaran atau Tujuan Instruksional Khusus (TIK)?
5.        Apa saja kata kerja operasional yang digunakan dalam merumuskan TIK?
6.        Bagaimana menuliskan  Rumusan Tujuan Khusus Pembelajaran atau Tujuan Instruksional Khusus (TIK)?

1.3.           Tujuan
1.        Untuk mengetahui pengertian dari Tujuan Khusus Pembelajaran atau Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
2.        Untuk mengetahui syarat-syarat dari Tujuan Khusus Pembelajaran atau Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
3.        Untuk mengetahui klasifikasi TIK menurut perilaku internal
4.        Untuk mengetahui Komponen-komponen Rumusan Tujuan Khusus Pembelajaran atau Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
5.        Untuk mengetahui kata kerja operasional yang digunakan dalam merumuskan TIK
6.        Untuk mengetahui penulisan Rumusan Tujuan Khusus Pembelajaran atau Tujuan Instruksional Khusus (TIK)






BAB II
PEMBAHASAN

2.1.       Pengertian Tujuan Instruksional Khusus
                     Tujuan Instruksional Khusus (TIK) merupakan terjemahan dari specific instructional objective. Literatur asing menyebutkannya pula sebagai objective, atau enabling objective, untuk membedakannya dengan general instructional objective, goal, atau terminal objective. Yang berarti tujuan instruksional umum (TIU) atau tujuan instruksional akhir.
                     Dalam program applied approach (AA) yang telah digunakan di perguruan tinggi seluruh Indonesia TIK disebut sasaran belajar (sasbel) (Suparman, 2004: 158). Sasbel menurut Soekartawi, Suhardjono dkk (1995: 41) adalah pernyataan tujuan instruksional yang sudah sangat rinci, sasaran belajar harus dituliskan dari segi kemampuan peserta didik. Artinya mengungkapkan perubahan apa yang diharapkan terjadi pada diri peserta didik setelah mengikuti pengajaran pada satu pokok bahasan tertentu.
                     Dick dan Carey (1985) (dalam Suparman, 2004: 158) telah mengulas bagaimana Robert Mager mempengaruhi dunia pendidikan khususnya di Amerika untuk merumuskan TIK dengan sebuah kalimat yang jelas dan pasti serta dapat diukur. Berarti  perumusan TIK tersebut diungkapkan secara tertulis dan diinformasikan kepada peserta didik oleh pengajar yang mempunyai pengertian sama dengan apa yang tercantum dalam TIK.
                     Perumusan TIK harus dilakukan secara pasti artinya pengertian yang tercantum di dalamnya hanya mengandung satu pengertian dan tidak dapat ditafsirkan kepada bentuk lain. Untuk itu TIK harus dirumuskan ke dalam kata kerja yang dapat dilihat oleh mata. (Suparman, 2004: 159). Menurut Soedjarwo (1995: 81) Penulisan sasaran belajar sedikitnya menyatakan tentang:
          a).   Isi materi dan bahasan
          b).   Tingkat penampilan yang diharapkan
          c).   Prasyarat pengungkapan hasil kerja.
                 Tentunya secara ideal diharapkan peserta didik mendapatkan perubahan secara menyeluruh, baik dalam pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), maupun keterampilan (motorik).
                     Tujuan instruksional dapat menjadi arah proses pengembangan instruksional karena di dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai peserta didik pada akhir proses instruksional. Keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan tersebut merupakan ukuran keberhasilan sistem instruksional yang digunakan oleh pengajar.
                     Tujuan Instruksional Khusus merupakan suatu rumusan yang menjelaskan apa yang ingin dicapai, atau menjelaskan perubahan yang terjadi sebagai akibat dari apa yang dipelajari oleh peserta didik.

2.2.   Syarat- syarat Tujuan Instruksional Khusus
                   Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa, Tujuan Instruksional Khusus merupakan penjabaran dari Tujuan Instruksional Umum. Dalam perumusan Tujuan Instruksional Khusus harus memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :
       1)   Rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus merupakan hasil belajar, bukan proses belajar. Misalnya setelah mengikuti proses diskusi guru mengharapkan siswa mengidentifikasi ciri- ciri nilai sosial. Rumusan Tujuan Instruksional Khusus yang benar adalah “siswa mengidentifikasi nilai sosial”. Jangan kemudian dituliskan “siswa  mendiskusikan ciri- ciri nilai sosial”. ini bukan merupakan rumusan tujuan tetapi proses pembelajaran.
       2)   Perangkat Tujuan Instruksional Khusus dalam satu rencana pembelajaran haruslah komprehensif, artinya kemampuan dituntut dalam setiap Tujuan Instrusional Khusus hendaknya dari jenjang yang berbeda. Misalnya, dalam satu rencana pembelajaran ada tiga Tujuan Instruksional Khusus, kemampuan yang dituntut Tujuan Instruksional Khusus yakni :
              a)      Menjelaskan
              b)      Memberi contoh dan
              c)      Menggunakan
       3)    Kemampuan yang dituntut dalam rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus sesuai dengan kemampuan siswa
       4)    Banyaknya Tujuan Instruksional Khusus yang dirumuskan harus sesuai dengan waktu yang tersedia untuk mencapainya.
                     Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut diharapkan akan dihasilkan rumusan Tujuan Instruksional Khusus yang dapat menjembatani pencapaian Tujuan Instruksional Umum. Untuk dapat membuat rumusan Tujuan Instruksional Khusus yang benar, berikut ini disajikan komponen- komponen yang harus ada dalam suatu rumusan.

2.3     Klasifikasi TIK Menurut Perilaku Internal (Taksonomi Bloom)
Menurut Benyamin S. Bloom dan Krathwool Tujuan Instruksional diklasifikasikan menjadi tiga kelompok atau kawasan. Taksonomi tujuan instruksional ialah, adanya hierarki yang dimulai dari tujuan instruksional pada jenjang terendah sampai jenjang tertinggi.
Adapaun tingkatan taksonomi Bloom terdiri dari 3 ranah atau kawasan, yaitu:
2.3.1      Kawasan Kognitif
a.    Mengingat (remember)
b.    Memahami (understand)
c.    Mengaplikasikan (apply)
d.    Menganalisis (analyze)
e.    Mengevaluasi (evaluate)
f.     Mencipta (create).

2.3.2      Kawasan Afektif
a.    Tingkat Menerima
b.    Tingkat Tanggapan
c.    Tingkat Menilai
d.    Tingkat Organisasi
e.    Tingkat Karakterisasi
2.3.3      Kawasan Psikomotorik
a.    Persepsi
b.    Kesiapan
c.    Gerakan Terbimbing
d.    Gerakan Terbiasa
e.    Gerakan Kompleks
f.     Penyesuaian Pola Gerakan
g.    Kreativitas
Dalam revisi taksonomi bloom antara “noun” dan “verb” dipisahkan satu sama lain, yaitu aspek dimensi pengetahuan dan dimensi kognitif. Dalam dimensi pengetahuan terjadi penambahan kategori menjadi empat kategori, yaitu: Pengetahuan factual, pengetahuan konsseptual, pengetahuan procedural dan pengetahuan metakognitif

2.4         Komponen- komponen Rumusan Tujuan Instruksional Khusus
                     Tujuan instruksional khusus (TIK) antara lain digunakan untuk menyusun tes oleh karena itu TIK harus mengandung unsur – unsur yang dapat memberikan petunjuk kepada penyusun tes agar dapat mengembangkan tes yang benar-benar dapat mengukur perilaku yang berada di dalamnya. Dalam merumuskan TIK dapat dilakukan dengan menggunakan dua format yaitu format Merger dan format ABCD.
          2.4.1    Format Merger
                     Merger merekomendasikan syarat– syarat untuk menentukan tujuan perilaku yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.
a)    Mengidentifikasi tingkah laku terakhir yang ingin dicapai oleh pembelajar
b)    Menentukan dalam kondisi bagaimana tingkah laku tersebut dapat dicapai
c)   Membuat kriteria spesifik bagaimana tingkah laku tersebut dapat diterima.
                     Uraian di atas menunjukan bahwa Merger mengemukakan tujuan tersebut dirumuskan dengan menentukan bagaimana pembelajar harus melakukannya, bagaimana kondisinya, serta bagaimana mereka akan melakukannya. Dalam penjabaran TIK ini Merger melibatkan tiga aspek yaitu begaimana kondisi pencapaian tujuan, kriteria yang ingin dicapai, serta bagaimana tingkah laku pencapaiannya.                              
2.4.2        Format ABCD
Knirk dan Gustafson dalam Hernawan (2005) menyatakan ada empat komponen yang harus ada dalam rumusan tujuan, yang oleh Institusi Pengembangan Pembelajaran dikenal dengan Format ABCD. Pada prinsipnya format ini sama dengan yang dikemukakan oleh Marger, namun pada format ini menambahkan dengan mengidentifikasi audiense, atau subjek pembelajaran (peserta didik)
                     Format ABCD adalah sebagai berikut.
                     A = Audience        
                     B = Behaviour
                     C = Condition
                     D = Degree   
                      a.    Audience
                      Audience merupakan peserta didik yang akan belajar. Dalam TIK harus dijelaskan siapa peserta didik yang akan mengikuti pelajaran itu. Misalnya, siswa SMA kelas XI semester 2. Keterangan tentang siswa yang akan belajar tersebut harus dijelaskan secara spesifik mungkin, batasan ini penting artinya agar sejak permulaan orang-orang yang tidak termasuk dalam batasan tersebut sadar bahwa bahan instruksional yang dirumuskan atas dasar TIK tersebut belum tentu sesuai bagi mereka.
                      Selain itu, agar seseorang yang berada di luar populasi yang ingin. mengikuti pelajaran tersebut dapat menempatkan diri seperti siswa yang menjadi sasaran dalam sistem instruksional tersebut.
                 b.  Behavior
                      Behavior merupakan prilaku yang spesifik yang akan dimunculkan oleh peserta didik setelah selesai mengikuti proses belajar. Perilaku ini terdiri dari dua bagian penting yaitu kata kerja dan objek Kata kerja ini menunjukkan bagaimana peserta didik mendemonstrasikan sesuatu, misalnya: menyebutkan, menjelaskan, menganalisis, menggambarkan, melompat, mengergaji dan lainnya. Sedangkan objek menunjukkan apa yang didemonstrasikan, misalnya laporan rugi laba, definisi manajemen, kayu, dan lainnya.
                 Contoh: (gabungan kata kerja dan objek disatukan dalam bentuk prilaku):
1.        Menyebutkan defenisi manajemen;
2.        Menganalisis laporan laba-rugi;
3.        Menggergaji kayu;
4.        Melompat dengan gaya flop of bury.
                      Komponen prilaku dalam tujuan instruksional khusus adalah tulang punggung TIK secara keseluruhan. Tanpa prilaku yang jelas, maka komponen yang lain tidak bermakna.
                 c.  Condition
                      Condition yaitu keadaan yang dipersyaratkan ketika peserta didik diminta menunjukkan atau men-demonstrasikan perilaku atau kemampuan yang diharapkan. Contohnya: “diberikan  sejumlah data, siswa ….”(ini berarti bahwa pada saat kita meminta siswa menunjukkan kemampuan tersebut kita harus menyediakan data)  atau  “dengan menggunakan rumus ABC, siswa ….” (ini berarti siswa dianggap sudah menguasai kemampuan tersebut apabila siswa melakukannya dengan menggunakan rumus ABC. Apabila tidak menggunakan rumus ABC berarti siswa belum menguasai tujuan tersebut).
                 d.  Degree
                      Degree adalah tingkat keberhasilan peserta didik mencapai perilaku tertentu dengan sempurna, tanpa salah, dalam waktu satu menit, dengan ketinggian 160 cm, atau ukuran tingkat keberhasilan yang lain. Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas minimal dari penampilan suatu perilaku yang dianggap dapat diterima. Di bawah batas itu berarti peserta didik belum mencapai tujuan instruksional khusus yang telah ditetapkan.
                      Tingkat keberhasilan pencapaian TIK merupakan batas minimal yang digunakan untuk menyatakan bahwa penampilan perilaku peserta didik untuk TIK tersebut dapat diterima. Apabila menurut hasil analisis instruksional perilaku dalam TIK merupakan perilaku prasyarat yang harus dikuasai lebih dahulu sebelum meneruskan mempelajari perilaku yang lain, kedudukan komponen D dan TIK yang bersangkutan menjadi sangat penting. Karena itu, tingkat keberhasilan 90% mungkin perlu digunakan untuk TIK tersebut.
                      Batas 80% atau 90% itu biasanya digunakan untuk menyatakan batas minimal penguasaan (level of mastery) siswa terhadap perilaku. Prinsip yang serupa digunakan dalam sistem belajar tuntas, yaitu sistem belajar yang hanya memperkenankan siswa maju ke bagian berikutnya apabila telah menguasai bagian sebelumnya. Untuk perilaku yang tidak menjadi prasyarat, batas tersebut dapat diturunkan, misalnya 65-70%. Untuk suatu perilaku yang harus dilakukan dengan benar, tidak boleh ada kesalahan, karena hal itu mengandung akibat bahaya besar, tingkat keberhasilan itu dapat menjadi 100% (sempurna). Misalnya: Menerbangkan pesawat tempur, mencampur zat kimia yang berbahaya, atau tendangan pinalti dalam sepak bola. Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas minimal dari penampilan suatu perilaku yang dianggap dapat diterima.
Untuk lebih jelasnya, mari kita analisis Tujuan Instruksional Khusus berikut ini. :
          Contoh :
          Siswa menunjukkan 3 gambar kelompok sosial dengan menggunakan media koran. Apabila kita uraikan rumusan tersebut ke dalam komponen- komponen ABCD, maka:
-          Siswa : merupakan komponen Audiens (A)
-          menunjukkan 3 gambar kelompok sosial: merupakan komponen Behavior (B)
-          Dengan menggunakan koran : merupakan komponen Condition (C)
-          3 : merupakan komponen Degree (D)        
          Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa siswa dikatakan telah mencapai tujuan apabila siswa tersebut:
          1)    Telah mampu menunjukkan 3 gambar kelompok sosial apabila siswa hanya mampu menunjukkan dua bagian saja, maka siswa tersebut belum dapat dianggap telah menguasai tujuan tersebut;
          2)    Menggunakan koran, ini berati bahwa  pada saat kita menuntut siswa untuk mendemonstrasikan kemampuan menunjukkan 3 gambar kelompok sosial, kita harus menyediakan koran.

2.5      Kata Kerja Operasional
2.5.1    RANAH AFEKTIF
Menerima (A1) : Memilih, Mempertanyakan, Mengikuti, Memberi, Menganut, Mematuhi, Meminati
Menanggapi (A2) : Menjawab, Membantu, Mengajukan, Mengkompromikan, Menyenangi, Menyambut, Mendukung, Menyetujui, Menampilkan, Melaporkan, Memilih, Mengatakan, Memilah, Menolak.
Menilai (A3) : Mengasumsikan, Meyakini, Melengkapi, Meyakinkan, Memperjelas, Memprakarsai, Mengimani, Mengundang, Menggabungkan, Mengusulkan, Menekankan, Menyumbang.
Mengelola (A4) : Menganut, Mengubah, Menata, Mengklasifikasikan, Mengombinasikan, Mempertahankan, Membangun, Membentuk pendapat, Memadukan, Mengelola, Menegosiasi, Merembuk.
Menghayati (A5) : Mengubah perilaku, Berakhlak mulia, Mempengaruhi, Mendengarkan, Mengkualifikasi, Melayani, Menunjukkan, Membuktikan, Memecahkan

2.5.2    RANAH PSIKOMOTORIK
Menirukan (P1) : Menyalin, Mengikuti, Mereplikasi, Mengulangi, Mematuhi
Memanipulasi (P2) : Mendemonstrasikan, Memanipulasi, Membuat kembali, Membangun, Melakukan, Melaksanakan, Menerapkan, Mempraktikkan.
Presisi (P3) : Menunjukkan, Melengkapi, Menyempurnakan, Mengkalibrasi, Mengendalikan.
Artikulasi (P4) : Mempertajam, Membentuk, Menseketsa, Membangun, Mengatasi, Menggabungkan, Koordinat, Mengintegrasikan, Beradaptasi, Mengembangkan, Merumuskan, Memodifikasi.
Pengalamiahan (P5) : Memproduksi, Mencampur, Mengoperasikan, Mengemas, Mendesain, Menentukan, Mengelola, Menciptakan.
2.5.3    RANAH KOGNITIF
Mengingat (C1) : Membilang, Mendaftar, Menunjukkan, Menamai, Menandai, Membaca, Menghafal, Mengulang, Memilih, Melafalkan, Menuliskan, Menyebutkan.
Memahami (C2) : Menjelaskan, Mengkategorikan, Mengasosiasikan, Membandingkan, Menghitung, Menguraikan, Membedakan, Mendiskusikan, Mencontohkan, Mengemukakan, Menyimpulkan, Merangkum, Menjabarkan, Mengidentifikasi, Mengartikan, Menghitung.
Menerapkan (C3) : Menerapkan, Menggunakan, Menyelidiki, Mengoperasikan, Melaksanakan, Memproduksi, Memproses, Melakukan, Mengimplementasikan.
Menganalisis (C4) : Menganalisis, Mendiagnosis, Menyeleksi, Merinci, Mendiagramkan, Membagankan, Menelaah, Mengedit, Mengaitkan, Memilah.
Mengevaluasi (C5) : Membandingkan, Menyimpulkan, Menilai, Mengkritik, Memprediksi, Menafsirkan, Mempertahankan, Membuktikan, Memvalidasi, Mengetes, Memproyeksikan.
Menciptakan (C6) : Mengabstraksi, Menganimasi, Mengombinasikan, Mengarang, Membangun, Menciptakan, Mengkreasikan, Merancang, Merencanakan, Membentuk, Merumuskan, Menggabungkan, Memadukan, Mereparasi, Memproduksi, Merekonstruksi, Memodifikasi

2.6      Penulisan Rumusan Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
                     Dengan mempertimbangkan hal-hal di atas diharapkan akan dihasilkan rumusan Tujuan Instruksional Khusus yang dapat menjembatani pencapaian Tujuan Instruksional umum.
                     Berikut perumusan Tujuan instruksional khusus berdasarkan perilaku khusus yang belum dimiliki siswa (dilihat dari hasil analisis perilaku khusus siswa) dengan menggunakan unsur ABCD seperti dalam tabel berikut.

Rumusan Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Berdasarkan Perilaku Khusus
No.
Perilaku Khusus Yang Belum Dimiliki Siswa
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1.
Menyebutkan sistematika penulisan karya tulis ilmiah
Setelah diberikan contoh karya tulis ilmiah, siswa kelas X SMA Negeri 8 Tanjung Jabung Barat menyebutkan sistematika penulisan laporan  kegiatan praktikum biologi dengan benar.
2.
Menyebutkan langkah-langkah penyusunan karya tulis ilmiah
Setelah dijelaskan langkah-langkah penyusunan laporan kegiatan praktikum, siswa kelas X SMA Negeri 8 Tanjung Jabung Barat menyebutkan 4 langkah penulisn karya ilmiah dengan benar.
3.
Menentukan topik karya tulis ilmiah.
Jika diberikan deskripsi suatu peristiwa, siswa kelas X SMA Negeri 8 Tanjung Jabung Barat menentukan topik untuk karya tulis ilmiah sesuai deskripsi peristiwa tersebut dengan benar.
4.
Menjelaskan cara mengumpulkan data karya tulis ilmiah.
Setelah dijelaskan cara mengumpulkan data, siswa kelas X SMA Negeri 8 Tanjung Jabung  Barat  menjelaskan cara mengumpulkan data dengan benar.
5.
Menguraikan bagian-bagian pendahuluan karya tulis ilmiah.

Jika diberikan deskripsi suatu peristiwa, siswa kelas X SMA Negeri 8 Tanjung Jabung Barat menguraikan bagian pendahuluan karya tulis ilmiah sesuai dengan deskripsi peristiwa secara benar.
6.
Menjelaskan bagian pembahasan karya tulis ilmiah.
Jika diberikan contoh suatu karya ilmiah, siswa kelas X SMA Negeri 8 Tanjung Jabung Barat menjelaskan secara singkat bagian pembahasan pada karya tulis ilmiah tersebut dengan benar.
7.
Menguraikan bagian penutup karya tulis ilmiah.
Jika diberikan contoh suatu karya ilmiah, siswa kelas X SMA Negeri 8 Tanjung Jabung Barat menguraikan secara singkat bagian penutup pada karya tulis ilmiah tersebut dengan benar.
8.
Menuliskan daftar pustaka karya tulis ilmiah.
Setelah dijelaskan cara menuliskan  daftar pustaka, siswa kelas X SMA Negeri 8 Tanjung Jabung Barat menuliskan daftar pustaka dengan tepat.
9.
Menuliskan karya tulis ilmiah sederhana.
Setelah  membuat kerangka tulisan,  siswa kelas X SMA Negeri 8 Tanjung Jabung Barat menuliskan sebuah karya tulis ilmiah sederhana dengan mengembangkan kerangka tulisan minimal  500 kata.






BAB III
PENUTUP


3.1.        Kesimpulan
                      Berdasarkan penjelasan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa Tujuan Instruksional Khusus merupakan lanjutan dari tahap-tahap pengembangan instraksional yang diawali dari mengidentifikasi kebutuhan instruksional dan menulis Tujuan Instruksional Umum (TIU), selanjutnya melakukan analisis instruksional dan mengidentifikasi perilaku karakteristik awal siswa lalu setelah itu merumuskan Tujuan Instruksional Khusus. Dalam merumuskan Tujuan Instruksional Khusus perlu mengetahui syarat-syarat Tujuan Instruksional Khusus, Komponen- komponen Rumusan Tujuan Instruksional Khusus kemudian cara penulisan perumusan Tujuan Instruksional Khusus

3.2.        Saran
                     Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Jika ada kesalahan atau kekurangan harap dimaklumi dan diberi saran agar penulis bisa memperbaiki kesalahan yang ada dan mampu mengembangkan lebih baik akan makalah ini.










DAFTAR PUSTAKA


Suparman. Desain Instruksional Modern.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Positivisme Logis , Tugas Kelompok

Tutorial Memeriksa & Menghapus kode DTC, Inisialisasi ECU, Reset TP, dan Altitude

Makalah Filsafat : Kritik Karl Raimund Popper terhadap Filsafat Lingkaran Wina