Memahami Jenis Jenis Teori Belajar dalam Pendidikan

 


2.1.2.  Teori Belajar

2.1.2.1. Teori kognitivistik

Teori kognitif lebih mengutamakan proses belajar daripada hasil belajar. Menurut teori ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons, akan tetapi belajar melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks.

Teori Belajar Kognitivistik Menurut Jean Piaget (dalam Trianto (2011: 70)

 Seorang anak maju melalui  empat tahap perkembangan kognitif, yakni:

1.      Tahap sensorik motorik (lahir  sampai 2 tahun).

Pada tahap ini terbentuknya konsep kepermanenan objek dan kemajuan gradual dari prilaku refleksi ke prilaku yang mengarah kepada tujuan

2.      Tahap praoperasional (umur 2 sampai 7 tahun).

Pada tahap ini perkembangan kemampuan menggunakan simbol simbol untuk menyatakan objek dunia, pemikiran masih egosentris dan sentrasi.

3.      Tahap operasional konkret (umur 7 sampai 11 tahun).

Pada tahap ini perbaikan kemampuan untuk berpikir secara logis. Kemampuan baru termasuk penggunaan operasi operasi yang dapat balik. Pemikiran tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan. 

4.      Tahap formal yang bersifat internal (umur 11 sampai dewasa).

Pada tahap ini pemikiran abstrak dan murni simbolis mungkin dilakukan . masalah masalah dapat diselesaikan menggunakan eksperimentasi sistematis.

Teori Belajar Kognitivistik Ausubel

Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik, jika “pengatur kemajuan belajar (advance organizers) didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasiumum yang mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Ausubel percaya bahwa advance organizers dapat memberikan tiga macam manfaat, yaitu dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi pelajaran yang akan dipelajari olch siswa, sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang sedang dipelajari siswa "saat ini" dengan apa yang "akan"dipelajari dan mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secaralebih mudah.

Teori Belajar Kognitivistik Bruner

Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan baik dan krecatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan, seperti konsep, teori, defenisi dan sebagainya melalui contoh-contoh yang menggambarkan aturan yang menjadi sumbernya. Dengan kata lain siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum. Untuk memahami konsep "kejujuran" siswa tidak semata-mata menghafal definisi kata kejujuran, melainkan dengan mempelajari contoh-contoh konkret tentang kejujuran. Dari contoh-contoh itulah mahasiwa dibimbing untuk mendefinisikan kata jujur (Nursalam dan Efendi, 2008:20-22)

2.1.2.2 Teori belajar Humanisme

Menurut Nursalam dan Efendi (2013:22) teori ini menjelaskan proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya isi dari pada proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.  Dengan kata lain teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti yang biasa kita amati dalam kehidupan sehari-hari. Dalam praktiknya, teori ini antara lain terwujudnya dalam pendekatan yang diusulkan oleh Ausubel yang disebut belajar bermakna atau meaning fullearning.

 

 

2.1.2.3 Teori belajar behaviorisme

Aliran behaviorisme mengartikan belajar sabagai perubahan tingkah laku, perubahan didalam hal kemampuan dan kecakapan untuk  berprilaku dalam cara-cara yang baru pada diri siswa, tidak menyertakan perubahan yang diakibatkan oleh kematangan, kedewasaan dan pertumbuhan. Perubahan tingkah laku diakibatkan oleh pengaruh lingkungan. Justru rangsangan lingkungan sebagai penyebab perubahan kecakapan untuk menanggapinya. Belajar merupakan aktifitas perilaku rumit mengenai pola hubungan rangsangan-tanggapan (Tim pengembang ilmu pendidikan, 2007:140).

Paradigma behavioristik menekankan proses belajar sebagai perubahan relatif permanen pada perilaku yang dapat diamati dan timbul sebagai hasil pengalaman (Khodijah, 2016:65). Setidaknya ada 3 tujuan pembelajaran dari behavioristik, yaitu: berkomunikasi atau transferkan perilaku adalah bentuk pengetahuan dan kecekapan siswa (tidak mempertimbangkan proses mental), pengajaran adalah untuk mendapatkan keinginan respon dari siswa yang dimunculkan dari stimulus, dan siswa harus mengenali bagaimana mendapatkan respon sebaik mungkin pada kondisi respon diciptakan (Yamin, 2013:25-26).

Ada banyak teori belajar yang termasuk dalam paradigma teori behavioristik, tiga diantaranya yang terkenal. Berikut penjelasannya.

Teori Connectionism (Edward L. Thorndike/1874-1949)

Menurut Thorndike, kegiatan belajar dilandaskan pada hubungan (bonds) yang terbentuk antara stimulus dan respons. Asumsinya bahwa otak siswa mampu menyerap dan menyimpan jejak-jejak mental aspek individual dari sebuah situasi. Bila aspek-aspek tersebut dirasakan, mereka mengaktifkan jejak mental yang berhubungan. Jejak mental tersebut pada gilirannya berkaitan secara kolektif dengan respons-respons khusus. Bila asosiasi tersebut terbentuk utuh, setiap waktu bila seorang siswa dihadapkan pada suatu situasi maka ia pasti akan menunjukkan respons tertentu.

Teori Classical Conditioning (Ivan Pavlov/1849-1936)

Dalam eksperimennya, Pavlov menggunakan anjing untuk mengetahui bagaimana refleks bersyarat terbentuk dengan adanya hubungan antara conditioned stimulus (CS), unconditioned stimulus (UCS) dan conditioned respons (CR).

Teori Operant Conditioning (BF. Skinner/1930-an)

Teori ini lebih menekankan pada operant response (instrumental response) yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh stimulus tertentu. Dinamakan Operant Condition karena respon bereaksi terhadap lingkungan sebagai efek yang ditimbulkan oleh reinforcer.

2.1.2.4 Teori belajar  konstruktivistik

Menurut Eggen dan Kauchak (1997), ada empat ciri teori konstruktivistik. Pertama, dalam proses belajar, individu mengembangkan pemahaman sendiri, bukan memperoleh pemahaman dari orang lain. Kedua, proses belajar sangat bergantung dari pemahaman yang dimiliki individu sebelumnya. Ketiga, belajar difasilitasi oleh interaksi sosial. Dan keempat, belajar yang bermakna lahir dari tugas-tugas yang bersifat autentik (Khodijah, 2016:81).

 

Teori Belajar Konstruktivistik Vygotsky

Teori Vygotsky menekankan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran. Menurut Vygotsky bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau belajar

menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada

dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas tersebut berada dalam zone of

proximal development.

Teori Belajar Konstruktivistik Bandura

Menurut teori ini, belajar oleh seseorang dilakukan dengan mengamati tingkah laku orang lain (model), hasil pengamatan itu kemudian dimantapkan dengan cara menghubungkan pengalaman sebelumnya atau mengulang – ulang kembali. Dengan jalan ini memberi kesempatan kepada orang tersebut untuk mengekspresikan  tingkah laku yang dipelajarinya (Trianto,2015 :76-79)


Komentar

  1. Info yang sangat bermanfaat.
    Nice... ๐Ÿ‘๐Ÿป๐Ÿ‘๐Ÿป

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Positivisme Logis , Tugas Kelompok

Tutorial Memeriksa & Menghapus kode DTC, Inisialisasi ECU, Reset TP, dan Altitude

Makalah Filsafat : Kritik Karl Raimund Popper terhadap Filsafat Lingkaran Wina